Menurut catatan sejarah, sepanjang penerapan Islam di Nusantara banyak sekali melahirkan tokoh-tokoh besar yang memiliki ketinggian syakhsiyyah sekaligus juga sebagai seorang ahli tatanegara, pemimpin, seorang negarawan, seorang ahli pertanian dan sebagainya yang kesemuanya bisa dimiliki oleh satu orang.
Mataram adalah salah satu kerajaan islam di tanah jawa yang sempat berjaya. Kerajaan Islam mataram yang berpusat di Kotagede Yogyakarta meski kini hanya tinggal peninggalan sejarahnya saja, akan tetapi ternyata memiliki pengaruh yang luar biasa. Dari sana telah lahir seorang ulama besar yang dia sangat dicintai oleh orang-orang disekelilingnya, kita mengenalnya sebagai Pangeran Diponegoro. Rakyat jawa sangat mencintai beliau dan oleh karenanya orang-orang jawa mengangkatnya menjadi sultan yang bergelar Sultan Ngabdul Kamid Eru Cakra Senapati Ing Alaga Ngabdur Rahman Sayyidin Paneteg Panatagama Amirul Mukminin Khalifaturasulillah Ing Tanah Jawa.
Pondok Pesantren Panatagama yang terletak di Dusun Condrowangsan Desa Potorono, Kecamatan Banguntapan Bantul yang secara geografis berada tidak jauh sebelah timur kota gede keberadaannyapun tidak lepas dari inspirasi tokoh besar yang telah lahir dimasa kerajaan mataram islam. Lahirnya pondok pesantren salafiyah kader ulama "PANATAGAMA" dilatar belakangi atas keprihatin para pengemban dakwah yang kerap dikenal sebagai "Majelis Khomsah" karna memang terdiri dari 5 orang pendiri dan dengan para pengemban dakwah lain yang sangat serius dari berbagai daerah di Nusantara yang merasa prihatin atas kondisi sistem pendidikan saat ini yang masih mengacu pada kurikulum sekuler dan tidak mampu melahirkan para lulusan yang tidak bisa diharapkan oleh ummat.
Harapan dan cita-cita besar para pendiri untuk bisa mencetak para ulama pemimpin ummat yang faqih fiddin dan memiliki ketinggian syakhsiyyah islam, sekaligus juga akan lahir sebagai generasi yang hafidz qur'an, seorang negararawan, ahli politik, ahli tatanegara, seorang yang teknokrat yang nantinya keberadaan mereka sangat dinanti-nantikan oleh ummat.
Ditengah diterapkannya sistem negara dan pendidikan yang sekuler, tentunya kita tidak bisa berharap banyak dengan model-model sekolah yang ada kebanyakan saat ini, jika sekolah tersebut masih berorientasi pada kurikulum sekuler dan masih mengejar akreditasi atau legalitas negara yang sejatinya negara mengarahkan anak didiknya untu terikat dan mengajarkan kurikulum berbasi sekuler. Sebagai orang tu, seharusnya kita perhatikan betul-betul terkait pendidikan anak kita. jangan dianggap remeh. Sebab menyerahkan anak kita disekolah berbasis kurikulum sekuler, sama saja kita menanam benih gulma pada tanaman yang senantiasa kita jaga dan rawat setiap hari dengan harapan nantinya akan tumbuh besar menjadi pribadi yang luar biasa dan kehadirannya sangat ditunggu-tunggu oleh umat.
Model pendidikan saat ini yang masih mengacu pada "Kurikulum Sekuler" dan hanya mengejar Akreditasi sekolah, juga kurangnya perhatian tenaga pendidik tentang bagaimana melahirkan anak didiknya menjadi generasi penerus islam yang berkualitas adalah penyebab ketidakmampuan melahirkan para lulusan yang berkualitas dan bisa menjadi tumpuan ummat.
Penyebab kegagalan lain adalah ketidak selarasan antara visi dan misi sekolah itu sendiri, disini bisa dikatakan tidak selarasnya antara fikrah dan thariqah dalam melahirkan dan mencetak para kader atau lulusan yang berkualitas. Visi yang bagus dan jauh kedepan saja tidak bisa dikatakan sudah cukup tanpa adanya keselarasan tentang bagaimana mencapai visi terebut. Akan tetapi teramat disayangkan hingga saat ini masih banyak sekali model pendidikan yang lahir bukan karena kepedulian terhadap kondisi ummat dan orientasinyapun hanya mengikuti perkembangan pasar, hingga pada akhirnyapun model pendidikan seperti ini sampai kapanpun tidak pernah bisa melahirkan orang-orang besar dan pemimpin ummat yang bisa diharapkan.
Dikesampingkannya model kurikulum pendidikan berbasis tsaqofah dengan metode penyampaian yang talqian fikriyan adalah faktor yang tidak kalah pentingnya terkait bagaimana melahirkan orang-orang besar yang bisa menjadi pemimpin ditengah ummat. Tidak sedikit saat ini model pendidikan yang masih menganggap remeh pendidikan berbasis tsaqofah, meskipun dikatakan sebagai sekolah islam, jika sekolah tersebut masih mengacu pada kurikulum sekuler dan menganggap remeh pendidikan berbasis tsaqofah, sampai kapanpun tidak akan pernah bisa melahirkan orang-orang besar yang diharapkan meski sekolah tersebut punya cita-cita yang tinggi untuk melahirkan generasi hebat.
Kita semua tentu sangat memahami bahwa kewajiban menyelenggarakan pendidikan adalah kewajiban negara, akan tetapi menyerahkan anak kita kesekolah-sekolah yang diselenggarakan negara saat ini sama saja menghancurkan kepribadian anak, sebab mereka senantiasa mencekoki anak didiknya dengan pemahaman yang muncul dari aqidah sekuler. Hingga wajar para lulusan yang ada orang-orang yang biasa dan orientasi mereka sekolah hanyalah untuk mengejar "The Dragon Scroll" alias hanya untuk mendapatkan ijazah dan mengejar legalitas akreditasi. Banyak para orang tua yang tidak paham ini, mereka mengira sekolah tinggi-tinggi kemudian mendapat legalitas ijazah yang setingginya bila perlu sampai bergelar S3 akan mendpat jaminan pekerjaan, padahal ijazah bukanlah jaminan untuk mendapatkan pekerjaan.
Sebagian orang tua ada yang masih memiliki pemahaman bahwa ia tetap menyekolahkan anaknya disekolah umum dan untuk pendidikan agama ia lakukan dirumah, tentunya pemahaman seperti ini masih perlu kita diskusikan kembali. Benarkah pilihan tersebut adalah pilihan yang tepat, seberapa besar kemampuan orang tua untuk bisa mengontrol pergaulan anaknya, seberapa besar kemampuan orang tua menjaga anaknya dari pemikiran-pemikiran yang merusak dan lingkungan yang rusak padahal anaknya setiap hari bersentuhan dengan lingkungan dan kondisi yang tidak ideal tersebut, tidakkah kita memahami kurikulum pendidikan saat ini banyak mata pelajaran yang tidak mengajarkan kepada anak didiknya secara talqiyan fikriyyan sehingga anak didiknya tidak bisa memahami untuk apa kelak ilmu yang dia dapatkan.
Sudah saatnya bagi para pengemban dakwah untuk melakukan langkah mufarraqah dari model sistem pendidikan saat ini, sebab kita tidak bisa berharap banyak pada model pendidikan yang masih bergantung pada kurikulum sekuler dan legalitas akreditasi. Apalagi yang masih kita bisa harapkan dari model pendidikan seperti saat ini, sudahlah mahal dan hasilnyapun mendekati angka nol, justru yang ada malah menghasilkan para lulusan yang berpikiran pragmatis dan penindas rakyat, saat mereka menjadi pemimpinpun justru menjadi pemimpin yang tidak amanah, menjadi pemimimpin yang koruptor dan kerjaanya menipu rakyat dengan berbagai tipu muslihatnya.
Kebangkitan yang hakiki itu berawal dari kebangkitan aqidah, dan pemahamahan aqidah yang benar hanya bisa didapat dengan model pendidikan yang berbasis tsaqofah dengan metode penyampaian yang talqian fi qriyyan dan model seperti tidak bisa kita dapatkan dari model pendidikan saat ini dan model pendidikan yang islami tidak bisa kita dapatkan pada sekolah-sekolah umum/sekolah islam/perguruan tinggi umum/perguruan tinggi islam, jika mereka masih mengejar "The Dragon Scroll" alias "Ijazah Akreditasi Pemerintah".
Oleh karena itu, bagi para pengemban dakwah tidak ada pilihan lain kecuali dengan melakukan langkah yang serius untuk terpisah dari kurikulum dan model pendidikan saat ini untuk melahirkan generasi islam yang memiliki ketinggian syakhsiyyah sekaligus sebagai seorang pemimpin ummat, seorang negarawan, seorang ahli ibadah, seorang teknokrat yang semua secara bersama dimiliki pada setiap individu generas islam. Hal inilah yang tidak dimiliki oleh peradaban manapun kecuali hal ini mampu dilakukan oleh peradaban islam dengan model pendidikannya yang mampu melahirkan Individu dengan banyak kemampuan baik dalam urusan agama maupun urusan dunia sekaligus.
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !